Friday, 29 July 2016
Sunday, 13 July 2014
Mekanisme Difusi Zat Padat
Posted on 13:46 by Vincensius Cahya Dwinanda
Difusi, secara perspektif atomik adalah migrasi suatu
atom dari lattice satu ke lattice yang lain. Pada kenyataannya
atom zat padat berada pada keadaan yang tetap dan konstan tidak berubah, maka
sebuah atom untuk dapat berpindah harus memenuhi syarat : (1) harus ada celah
kosong di antara atom (2) atom harus mempunyai energi yang cukup untuk
memutuskan ikatan atom.
Difusi Vacancy
/ Kosong
Mekanisme difusi kosong memerlukan kekosongan struktur
atom dalam prosesnya, sehingga atom terdekatnya dapat berpindah ke daerah
kosong tersebut.
Gambar 1 Proses Difusi Vacancy/Kosong |
Kekosongan dalam struktur atom dapat terjadi pada suatu
material logam yang dipanaskan. Karena pada difusi jenis ini, atom dan daerah
kosongnya berpindah posisi, difusi atom ini dapat dikatakan sebagai pergerakan
dari daerah kosong itu sendiri.
Difusi Interstisial
Jenis kedua dari difusi zat padat adalah difusi
interstisial, difusi jenis ini merupakan migrasi dari sebuah posisi
interstisial atom ke tetangganya yang kosong. Mekanisme ini dapat terjadi pada
sebuah senyawa yang tidak murni, contohnya adalah senyawa yang mengandung
hidrogen, carbon, nitrogen, dan oksigen. Dimana atom-atom ini mempunyai ukuran
yang tidak sama dengan atom lain dalam ikatannya, sehingga atom tersebut dapat
terselip ke posisi interstisial.
Gambar 2 Proses Difusi Interstisial |
Di alam kebanyakan logam campuran lebih sering terjadi
difusi secara interstisial dibandingkan difusi secara vacancy. Hal ini terjadi
karena atom interstisial lebih kecil sehingga dapat bergerak secara bebas, hal
ini diperkuat karena lebih banyak posisi interstisial dibanding posisi kosong
dalam suatu struktur atom, oleh sebab itu kemungkinan terjadinya pergerakan
atomik interstisial lebih besar dari difusi vacancy.
Sumber :
Materials Science and Engineering an Introduction - W.D. Callister
Sumber :
Materials Science and Engineering an Introduction - W.D. Callister
Pengertian Proses Difusi Zat Padat
Posted on 13:43 by Vincensius Cahya Dwinanda
Pada proses dan reaksi pembentukan material banyak
diantaranya bergantung pada transfer masa pembentuk material tersebut. Bentuk
material yang dipengaruhi bisa berwujud zat padat yang spesifik, cair, gas, maupun fase zat padat yang lain.
Transfer massa tersebut membuthkan proses yang disebut difusi, yaitu fenomena
transportasi material yang disebabkan oleh gerak atom.
Fenomena difusi ini bisa diperlihatkan pada diffusion couple – pasangan difusi,
yaitu suatu material yang terbentuk dari perpaduan 2 batang logam yang berbeda.
Pada gambar di bawah adalah contoh diffusion couple untuk tembaga dan nikel
yang berada pada suhu ruangan.
Pasangan difusi ini kemudian dipanaskan pada suhu tinggi
namun masih di bawah suhu leleh kedua metal tersebut) kemudian didinginkan pada
suhu ruang. Perubahan secara kimiawi akan terjadi pada logam tersebut, dimana
dua logam tembaga dan nikel murni akan
dipisahkan oleh daerah pencampuran.
Kerapatan Kristal
Posted on 13:28 by Vincensius Cahya Dwinanda
Kerapatan
Kristal Linear
Kerapatan linear/Linear Density (LD) didefinisikan
sebagai jumlah atom per satuan panjang yang pusatnya terletak pada vektor arah
untuk arah kristalografi tertentu, sehingga dapat dituliskan :
Gambar 1 : Struktur Kristal FCC dengan koordinat arah [110] |
Contoh pada gambar kristal FCC
dengan koordinat arah [110], langkah pertama adalah menentukan jumlah atom yang
melintasi vektor. Pada gambar tampak terdapat 5 atom, yaitu satu atom yang
terletak di pusat dan empat atom yang terletak di ujung-ujungnya. Namun jika
dilihat berdasarkan jumlah atom pada sel satuan maka akan didapatkan 2 atom,
yaitu 1 dari pusat dan 1 dari masing-masing seperempat dari 4 ujung sel satuan.
Sedangkan untuk panjang arah vektor didapatkan 4R, sehingga kerapatan linear
untuk FCC adalah :
Kerapatan
Kristal Bidang
Kerapatan Bidang/Planar Density (PD) didefinisikan sebagai
jumlah atom per satuan luas bidang yang pusatnya terletak pada vektor bidang
untuk arah kristalografi tertentu, sehingga dapat dituliskan :
Gambar 2 : Struktur Kristal FCC dengan koordinat arah [110] |
Sebagai contoh dapat dilihat
pada gambar struktur kristal FCC dengan arah [110]. Berdasarkan gambar didapat
jumlah atom sebanyak 2 atom. Untuk penghitungan luas bidang terlebih dahulu
harus menentukan komponen horizontal dan vertikal, sehingga akan didapatkan
jarak horizontal sebesar 4R dan jarak vertikal sebesar 2RV2, jadi luas bidang didapatkan sebesar 4R2V2. Maka kerapatan bidang dapat dihitung :
Sumber :
Geometri Bidang
Posted on 13:17 by Vincensius Cahya Dwinanda
Bidang
kristalografi dituliskan dengan indeks Miller dalam format (h k l). Bidang-bidang
yang paralel satu sama lain adalah ekivalen dan mempunyai indeks yang identik.
Prosedur dalam menentukan indeks Miller adalah sebagai berikut:
- Jika bidang melalu titik awal, buat bidang paralel lainnya di dalam sel satuan dengan translasi. Atau dengan membuat titik awal lain di sudut lain sel satuan.
- Bidang yang dicari bisa berpotongan atau sejajar dengan sumbu. Panjang bidang yang berpotongan ditulis dalam satuan parameter kisi a, b dan c.
- Ambil kebalikan dari angka-angka perpotongan tersebut. Bidang yang sejajar dengan sumbu dianggap berpotongan di tak berhingga sehingganya kebalikannya adalah nol.
- Bila perlu robah ketiga bilangan ini ke bilangan bulat terkecil dengan mengali atau membaginya dengan suatu faktor tertentu.
- Tulis indeks ini tanpa koma dengan diapit tanda kurung biasa, (h k l).
Gambar 1 : Geometri Bidang (a) (001), (b) (110), (c) (111) |
Susunan Atomik
Susunan atom pada bidang
kristalografi tergantung pada struktur atom tersebut. Contoh pada gambar
menunjukkan geometri bidang (100) untuk struktur kristal FCC dan BCC
Gambar 2: FCC untuk bidang (110) |
Gambar 3 : BCC untuk bidang (110) |
Kristal Heksagonal
Untuk kristal heksagonal
penulisan indeks sama seperti kristal yang lain, namun tetap menggunakan sistem
koordinat 4 sumbu, dalam hal ini adalah (hkil).
Namun untuk indeks i merupakan penjumlahan dari indeks h dan k, dan dituliskan
sebagai : i = -(h + k)
Sumber :
Geometri Arah
Posted on 13:08 by Vincensius Cahya Dwinanda
Ketika
berurusan dengan material kristal, diperlukan penentuan beberapa bidang kristalografi
atau arah kristalografi. Arah kristalografi didefinisikan sebagai sebuah garis
antara dua titik, atau sebuah vektor. Langlah-langkah dalam menentukan indeks
arah:
- Sebuah vektor dengan panjang tertentu diletakkan sedemikian sehingga vektor tersebut melewati titik asal sistem koordinat. Vektor bisa ditranslasikan di sepanjang kisi kristal tanpa perubahan, jika keparalelannya dijaga.
- Tentukan panjang proyeksi vektor pada masing-masing sumbu; Proyeksi diukur dalam dimensi sel satuan yaitu a, b, dan c.
- Ketiga angka ini dikali atau dibagi dengan suatu faktor untuk mendapatkan bilangan bulat terkecil.
- Tiga indeks yang didapat, ditulis tanpa memakai koma dan diberi tanda kurung persegi, [u v w]. u, v, dan w adalah harga proyeksi pada sumbu x, y dan z.
Gambar 1 : Koordinat [110],[100],[111] |
Dalam
penulisan notasi untuk arah yang negatif berbeda dengan arah positif, yaitu
dengan pemberian garis di atas indeks (namun kali ini tidak diberikan tanda
demikian).
Untuk beberapa struktur kristal, beberapa arah
nonparallel dengan indeks yang berbeda adalah ekuivalen/setara secara
kristalografi, ini berarti bahwa jarak atom sepanjang masing-masing arah adalah
sama. Misalnya, dalam kristal kubik, semua arah yang diwakili dengan indeks
berikut adalah sama : [100], [-100], [001], [00-1], [010], dan [0-10]. Untuk
memudahkan, arah yang setara dikelompokkan bersama dalam sebuah kelompok
tertentu, dalam hal ini adalah <100>. Namun hal ini tidak selalu berlaku
untuk kristal jenis yang lain, misalnya : untuk kristal simetri tetragonal,
[100] dan [010] merupakan arah yang setara, sedangkan [100] dan [001] tidak.
Kristal
Heksagonal
Untuk
kristal heksagonal, aturan indeks yang
digunakan berbeda, terdapat 4 sumbu yang digunakan
dalam penentuan arah kristalografi
atau disebut dengan sistem koordinat Miller-Bravais.
Gambar 2 : Sistem Koordinat Miller-Bravais |
Tiga
sumbu a1, a2, dan a3 terletak pada satu bidang (disebut bidang basal)
dan membentuk sudut 1200 satu sama lain. Sumbu z tegak lurus terhadap bidang basal. Seperti indeks
arah sebelumnya, sistem koordinat ini dinotasikan dengan empat indeks, yaitu [uvtw], dengan tiga indeks pertama merepresentasikan a1, a2, dan a3 pada
bidang basal sedang w merupakan pada sumbu
z. Konversi
dari sistem 3 sumbu menjadi sistem 4 sumbu,
[u'v'w'] --> [uvtw]
menggunakan
rumus berikut ini :
Gambar 3 : Contoh Sistem Kristal Heksagonal (4 sumbu) |
Saturday, 5 July 2014
Struktur Kristal Hexagonal Close-Packed
Posted on 14:54 by Vincensius Cahya Dwinanda
Struktur Kristal Hexagonal Close-Packed
Gambar 1 : Struktur Kristal Face-Centered Cubic, (a) hard-sphere dan (b) gabungan sel satuan HCP |
Tidak semua logam mempunyai struktur kristal yang simetri, sebagian besar mempunyai struktur heksagonal. Dimana pada struktur ini tersusun dari beberapa bagian, bagian muka atas dan bawah yang terdiri dari 6 atom dan mengelilingi 1 atom pusat serta diantara muka unit sel ini terdapat 3 atom. Sel satuan HCP mempunyai enam buah atom, yang diperoleh dari jumlah dua-belas kali seperenam atom pada dua belas titik sudut lapisan atas dan bawah ditambah dua kali setengah atom pada pusat lapisan atas dan bawah serta tiga atom pada lapisan sela/tengah. Jika a dan c merupakan dimensi sel satuan yang panjang dan pendek (lihat Gambar 3), maka rasio c/a umumnya adalah 1.633. Akan tetapi, untuk beberapa logam HCP, nilai rasio ini berubah dari nilai idealnya. Bilangan koordinasi struktur HCP dan faktor tumpukannya (APF) sama dengan struktur FCC, yaitu 12 untuk bilangan koordinasi dan 0.74 untuk faktor tumpukan. Contoh dari logam berstruktur HCP adalah cadmium, magnesium, titanium, dan seng.
Sumber :
Subscribe to:
Posts (Atom)